salam...
" maaf.....aku bukan anna athafunnisa untuk dikhitbah abdullah khairul azam tanpa kenal keperibadiannya terlebih dahulu" ini ungkap hatiku pada lamaran tidak rasmi seorg teman..
mana mungkin seorg yg ditemui secara kebetulan dan untuk pertama kali sepantas itu untuk dikhitbah....bagiku, individu itu terlalu berani..kalau bersandar pada perbualan kami sepanjang penerbangan 2 jam 15 minit dari kk ke jb itu, aku kira tidak cukup untuknya mengenali siapa aku yg sebenarnya bahkan untuk diriku sendiri mengenalnya...maaf, jawapanku tetap sama..
berkali sudah aku bicarakan dengan teman sebilikku, aku sendiri tidak pasti pada kriteria lelaki yg akan aku pertimbangkan..bkn tidak ade yg menyatakan hasrat namun pantas aku tolak bulat..." kau nak ke kawin dengan doktor, nanti ko yg jaga anak, masak dan lainnya" itu momokku pada mereka...tegur ibu kenapa harus begitu mengungkap penolakkan, tapi ape lagi yg mampu aku tuturkan agar aku tidak terus memberikan harapan pada jawapan yg aku sendiri tidak pasti akan berpihak dimana....
bkn niatku mempersenda mereka,namun aku bimbang kalau sepanjang penantian itu terus melukakan...aku senang mengungkap, serahkan segalanya pada takdirNya...jauh tersudut, aku doakan setiap dari mereka sebuah kebahagia, kalau bukan bersama dengan ku tapi mungkin dengan individu yg lebih baik dariku...
afwan...andai jawapanku tetap sama...
" maaf.....aku bukan anna athafunnisa untuk dikhitbah abdullah khairul azam tanpa kenal keperibadiannya terlebih dahulu" ini ungkap hatiku pada lamaran tidak rasmi seorg teman..
mana mungkin seorg yg ditemui secara kebetulan dan untuk pertama kali sepantas itu untuk dikhitbah....bagiku, individu itu terlalu berani..kalau bersandar pada perbualan kami sepanjang penerbangan 2 jam 15 minit dari kk ke jb itu, aku kira tidak cukup untuknya mengenali siapa aku yg sebenarnya bahkan untuk diriku sendiri mengenalnya...maaf, jawapanku tetap sama..
berkali sudah aku bicarakan dengan teman sebilikku, aku sendiri tidak pasti pada kriteria lelaki yg akan aku pertimbangkan..bkn tidak ade yg menyatakan hasrat namun pantas aku tolak bulat..." kau nak ke kawin dengan doktor, nanti ko yg jaga anak, masak dan lainnya" itu momokku pada mereka...tegur ibu kenapa harus begitu mengungkap penolakkan, tapi ape lagi yg mampu aku tuturkan agar aku tidak terus memberikan harapan pada jawapan yg aku sendiri tidak pasti akan berpihak dimana....
bkn niatku mempersenda mereka,namun aku bimbang kalau sepanjang penantian itu terus melukakan...aku senang mengungkap, serahkan segalanya pada takdirNya...jauh tersudut, aku doakan setiap dari mereka sebuah kebahagia, kalau bukan bersama dengan ku tapi mungkin dengan individu yg lebih baik dariku...
afwan...andai jawapanku tetap sama...